Meski menganut prinsip demokrasi, Indonesia saat ini terjebak dalam kondisi dan situasi munculnya sistem pemerintahan baru yang berbasis Islam. Paham ekstremisme mendominasi masyarakat, baik masyarakat umum maupun elit politik, bahkan telah menyusup ke generasi muda melalui sistem pendidikan. Gerakan mobilisasi masyarakat atas nama agama di ranah politik menunjukkan bahwa ekstremisme telah menyebar dan semakin menguat. Sehingga radikalisme dan extremisme menjadi isu golabl yang perlu diteliti secara akademik, merespon hal tersebut The European Center for Populism Studies (ECPS) dan The Alfred Deakin Institute for Citizenship and Globalisation (ADI) berkolaborasi menyelenggarakan seminar dengan tema "Mapping Global Populism" pada Kamis, 25 Mei 2023 melalui platform Zoom Meeting.
Pradana Boy ZTF, P.hD, Dosen Prodi Hukum Keluarga Islam FAI UMM menjadi salah satu presenter dalam acara ini. Sebagai moderator dalam agenda ini, Ihsan Yilmaz (Research Professor and Chair of Islamic Studies and Intercultural Dialogue at the Alfred Deakin Institute for Citizenship and Globalisation (ADI), Deakin University, Melbourne, Australia) mempersilakan Pradana untuk memulai presentasi pada sesi ke 3 dengan sub tema "Religious Populism and Radicalization in Indonesia" dengan judul artikel "Radicalism, extremism and civilizationalist populism in Indonesia". Dalam mengawali presentasi yang disampaikan dijelaskan terkait aspek politik populisme Indonesia, dinamika empiris Populisme di Indonesia. Di era digital ini di mana internet sebagai bagian dari kehidupan kita, internet pada dasarnya telah menjelma sebagai ruang publik baru di mana diskusi apa pun dapat terjadi dan wacana publik dan tentang agama tidak terkecuali, efek bagi kehidupan beragama di Indonesia dan lebih khusus lagi dalam dinamika politik Indonesia.
Hipotesis yang disampaikan oleh akademisi kelahiran Lamongan ini bahwa munculnya internet sebagai ranah publik pembahasan agama telah menyebabkan perubahan mendasar wacana intelijen dari ranah elit menjadi populer ketika wacana agama menjadi ranah publik atau populer, tidak hanya mengubah metode bagaimana Islam dipelajari tetapi juga telah menghancurkan secara sewenang-wenang hierarki tradisional para pemegang otoritas keagamaan.
"Simbolisme Islam lebih diutamakan dengan mengesampingkan nilai-nilai Islam dan dipadukan dengan dominasi konservatisme pada populisme literasi agama nyata digital berpotensi memberikan kontribusi terhadap penyebaran ekstremisme dan radikalisme. Internet Islam adalah salah satu jenis dinamika keagamaan yang dipengaruhi oleh digitalisasi kehidupan manusia dimana internet telah menjadi sumber utama pembelajaran Islam bagi masyarakat. Populisme literasi agama telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam menyaring eksistensi kematangan beragama dalam masyarakat muslim," ungkap Pradana yang saat ini sedang menjabat sebagai Wakil Dekan I FAI UMM. (LA)