Selasa, 23 Juli 2024 berlokasi di Hall My Dormy Hostel UMM, Prodi HKI menyelenggarakan Forum Group Discussion yang dibuka secara langsung oleh Wakil Dekan 3. FGD ini sebagai langkah awal Prodi HKI untuk menjalin kerjasama antara Prodi Hukum Keluarga Islam dengan Universiti Kebangsaan Malaysia. Dr. Muhammad Helmi Md. Said sebagai representatif dari Universiti Kebangsaan Malaysia bahagia Hukum Keluarga Islam memberikan materi dengan tajuk “Tunggakan nafkah anak pasca perceraian” dengan moderator sekaligus Ketua Prodi HKI, M. Arif Zuhri, Lc., M.H.I.
Helmi menjelaskan bahwa Malaysia mempunyai 2 lembaga hukum perkawinan, perkawinan Islam dan Perkawinan sipil, Hukum keluarga Islam d bawah naungan Kerajaan Sultan bukan Pemerintah Negara. Federal/pemerintah hanya sebagai managemen bukan pelaksana hukum Keluarga Islam. Tajuk hari ini . Bahagian Sokongan Keluarga dikukuhkan sekitar tahun 2008, untuk menolong mahkamah syariah di seluruh Malaysia. BSK merupakan satu Bahagian yang ditubuhkan di bawah Jabatan Kehakiman Syariah Malaysia (JKSM) yang bertujuan untuk menguatkuasakan perintah nafkah yang dikeluarkan oleh Mahkamah Syariah. Bahagian sokongan keluarga di dukung secara penuh oleh negara Malaysia yang fokus pada pemenuhan anak karena bagi negara, anak merupakan generasi penerus yang perlu di jaga, dirawat dan diasuh. Lemabag ini mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk menyediakan support psikologis pada anak Family Relationship Center, melaksanakan kepastian hukum bagi anak, menyediakan bantuan kebutuhan dasar bagi anak yang disediakan oleh Federal dan Kerajaan.
"Bermula tahun 2012 BSK telah mewujudkan sistem e-Nafkah yang bertindak selaku fail maya. Selain itu, sistem ini juga bertindak secara dwi fungsi dengan mempunyai bank data dan akan memuat naik segala perintah nafkah yang dikeluarkan oleh Mahkamah, seterusnya BSK akan memantau kes tersebut melalui penghantaran MySMS," tambah Helmi.
Materi selanjutnya disampaikan oleh Ahda Bina Afianto, Lc,. M.H.I sebagai representatif dari Prodi Hukum Keluarga Islam, UMM dengan tema "Tinjauan Hukum Perlindungan Anak di Indonesia". Dalam presentasi yang disampaikan, Ahda menerangkan tentang UU Nomor 23 Tahun 2004 tentnga Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Pasal 49 yang disebutkan bahwa pidana yang dapat dijatuhkan kepada pelaku penelantaran rumah tangga adalah pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak lima belas juta rupiah.
Pada akhir kegiatan ini, Arif Zuhri menyampaikan sebuah harapan untuk ke depan agar jalinan silaturahmi antara Prodi HKI dengan Universiti Kebangsaan Malaysia dapat menjadi pintu untuk melakukan kerjasama di bidang akademik misalnya student exchange atau dalam bentuk kegiatan akademik lainnya. (LA)