Bedah Karya Ilmiah Prodi HKI bersama Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A
Senin 24 Agustus 2020, Prodi HKI UMM dengan bangga mempersembahkan "Bedah Karya Ilmiah HKI bersama Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A." dengan moderator Hasnan Bachtiar, Dosen Prodi HKI.
Pada acara kali ini Prodi HKI membedah karya salah satu Peneliti LIPI dan Intelektual Muhammadiyah Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A. yang bertajuk "Heresy and Politics: How Indonesian Islam deal with Extremism, Pluralism and Populism", karya ini diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah. Ahmad Najib Burhani baru saja dikukuhkan sebagai Profesor riset di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dr. Najib memiliki fokus kajian tentang fenomena keagamaan di Indonesia, khususnya Muhammadiyah dan kelompok minoritas.
Buku ini mengulas tentang tiga dekade terakhir Indonesia yang mengalami kebangkitan politik Islam. Tahun 1990-an digambarkan sebagai "Pergantian Islam" dan ditandai dengan perpindahan beberapa santri (Muslim yang saleh) ke pusat pemerintahan, pemerintahan yang lebih berorientasi pada agama, dan ledakan aktivitas Islam di ruang publik. Tahun 2000-an disebut sebagai "Belokan Konservatif", dengan pertumbuhan radikalisme dan terorisme sebagai indikator yang paling jelas. Pergeseran ketiga religiusitas terjadi pada tahun 2010-an dan lazim disebut sebagai “demokrasi yang saleh atau tidak liberal”.
Peraih beasiswa Fulbright pada tahun 2007 ini menerangkan bahwa dekade ini beberapa kelompok Islamis menjauhkan diri dari kekerasan dan terorisme, menyesuaikan gerakan mereka dengan demokrasi dan Pancasila, dan mengubah wajah konservatisme menjadi sesuatu yang menyerupai budaya pop. Secara umum, buku ini membahas tentang dinamika jalinan antar agama, khususnya Islam, dan politik dalam tiga dekade tersebut. Konsep “bid'ah” di sini merujuk pada hasil keterikatan itu dalam empat tingkatan. Pertama, adopsi narasi, istilah, dan jargon agama dalam persaingan dan persaingan politik. Kedua, keterlibatan politik dalam “kampanye anti bidah” yang menyatakan bahwa mereka yang berbeda pandangan agama sebagai murtad atau “sesat dan menyesatkan” (off track and menyesatkan) Ketiga, komodifikasi dan politisasi ritual keagamaan untuk ekonomi dan politik. Keempat, promosi kekhalifahan, politik yang berorientasi syariah, dan penyebaran radikalisme agama dan terorisme.
"Fenomena ini dapat dilihat sebagai “ajaran sesat baru” yang hanya dapat ditemukan di zaman modern ini sebagai produk dari keterikatan antara agama dan politik, buku ini berisi puluhan diskusi yang dikemas dalam enam kategori, mulai dari fashion hingga terorisme. Berbekal analisis yang canggih, buku ini pasti akan lebih jauh, pemahaman kita tentang hakikat politik di Indonesia kontemporer," tambah Najib
Catatan tersebut merupakan kumpulan beberapa tulisan yang sudah terbit di beberapa media ternama sekaliber Kompas, Today Singaphore, The Jakarta Post, Firstpost India, dan ISEAS Commentary. Tak lupa untuk melengkapi bagian bagian penting beberapa tulisan juga diambil dari jurnal berkelas terindeks scopus seperti jurnal Studia Islamika UIN Jakarta. (LA)
Saksikan dengan klik disini youtube Prodi HKI https://www.youtube.com/watch?v=m38Vzm8goX0